Senin, 31 Desember 2012

ROTI GOSONG


Baca: Mazmur 65


Engkau memahkotai tahun dengan kebaikan-Mu. (Mazmur 65:12a)

Bacaan Alkitab Setahun:
Kejadian 1-3

Saat Alin masih kecil, ibunya menyajikan makan malam berupa telur goreng, saus, dan beberapa kerat roti. Mungkin karena lelah setelah bekerja seharian, ibu Alin memanggang roti sampai gosong. Alin tegang menunggu respon ayahnya. Ternyata, sang ayah mengambil roti itu sambil tersenyum, memolesnya dengan mentega, lalu memakannya dengan lahap. Ibu Alin meminta maaf, tetapi suaminya menjawab, “Tidak apa-apa, Sayang.”

Sebelum tidur, Alin menghampiri ayahnya dan bertanya, mengapa ayah mau makan roti gosong. Sambil memeluknya, si ayah berkata, "Ibumu sudah lelah bekerja. Lagi pula, kita tidak akan sakit karena memakan roti gosong. Bersyukur saja ia masih bersama kita."

Hidup kita juga berisi banyak hal yang tak sempurna. Selain keberhasilan dan kebahagiaan, ada berbagai kegagalan dan kekecewaan. Saat merenung ke belakang, manakah yang menjadi fokus kita? Bagian yang negatif, yang membangkitkan keluh kesah? Atau, bagian yang positif, yang membuat hati kita membara dengan pujian dan syukur?

Sepatutnya kita bersyukur atas kebaikan Tuhan yang melimpahi dan melingkupi kita. Ya, kasih-Nya nyata dalam berbagai aspek kehidupan: dalam pengampunan-Nya yang tak ternilai dan undangan-Nya untuk menikmati damai bersama-Nya (ay. 3-5); dalam penyelamatan-Nya, juga kebajikan dan mukjizat-Nya yang mengikuti kita (ay. 6-9); dalam pintu kesempatan dan mata pencaharian yang Dia sediakan untuk memberi kita kecukupan (ay. 10-14). Sungguh suatu berkat indah yang memahkotai tahun-tahun kita, bukan?—AW 
SELAMA JANTUNG KITA MASIH BERDETAK
BERARTI KITA MASIH DAPAT BERSYUKUR MENGHITUNG BERKAT

Minggu, 30 Desember 2012

JANGAN TAKUT


Baca: Wahyu 1:9-20


“Jangan takut! Akulah Yang Pertama dan Yang Terkemudian, dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.  (Wahyu 1:17-18)

Bacaan Alkitab Setahun:
Wahyu 19-22

Menurut Anda, bagaimanakah sosok Allah itu? Sebagian orang mungkin membayangkan sosok seorang hakim yang siap menjatuhkan vonis. Salah satu teman saya pernah bermimpi buruk karena takut dibuang Allah ke neraka. Sebagian lagi mungkin membayangkan sosok yang simpatik dan bersuara lembut. Seperti gambar Yesus yang sering kita lihat. Tersenyum memangku anak-anak, berbelas kasih pada orang sakit. Mungkin Anda ingin memeluk-Nya begitu berjumpa.

Yohanes bisa memberitahu kita bagaimana rasanya bertemu Yesus sebagai Allah dalam kemuliaan-Nya. Jangankan memberi hormat atau memeluk. Tungkai kakinya mendadak lemas untuk menopang tubuhnya. Ia tersungkur seperti orang mati. Wajah Yesus bagai matahari, mata bagai nyala api, suara bagai desau air bah, tangan memegang bintang, dan mulut mengeluarkan pedang (ayat 14-16). Menggentarkan orang paling berani sekalipun! Namun, dengarlah apa kata-Nya: “Jangan takut!” Pernyataan tentang diri-Nya menjamin bahwa semua ada dalam kendali-Nya (ayat 17-18).

Jangan takut! Allah yang dahsyat itu tidak ingin kita merasa takut pada-Nya. Dia ingin kita berlari mendekat, bukan menjauh dari-Nya. Justru karena Dia dahsyat, Dia ingin kita memercayakan hidup kepada-Nya. Seseorang pernah menghitung bahwa ada 365 kali kata “jangan takut” diulangi dalam Alkitab. Jangan takut menghadapi tiap-tiap hari sepanjang tahun yang terbentang di depan! Jangan takut datang kepada Allah! Dia tahu apa yang terbaik bagi kita. Jika Anda memercayakan hidup pada Allah, apakah yang masih Anda takutkan?—ELS 
JANGAN TAKUT!
SEGALA SESUATU DALAM KENDALI ALLAH
!

OBITUARI


Baca: 2 Petrus 3:1-13


Pada hari itu langit akan lenyap ... dunia akan hangus oleh nyala api, ... Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup.  (2 Petrus 3:10-11)

Bacaan Alkitab Setahun:
Wahyu 12-18

Sebuah koran pernah keliru memuat obituari Alfred Nobel, selagi ia masih hidup. Yang meninggal sebenarnya adalah adik laki-laki Alfred. Namun, melalui kekeliruan itu, Alfred jadi melihat bagaimana orang lain menilai hidupnya, yaitu sebagai orang yang menjadi kaya dengan memungkinkan terjadinya pembunuhan massal. Memang, bahan-bahan peledak temuan Alfred telah dibeli pemerintah untuk produksi senjata. Terguncang dengan obituari itu, Alfred lalu memutuskan untuk memakai kekayaannya guna memberi penghargaan terhadap upaya-upaya kemanusiaan, termasuk yang kita kenal sebagai Nobel Perdamaian.

Bayangkan jika seperti Alfred, kita mendapat kesempatan untuk membaca obituari kita. Bagaimana jika obituari itu dituliskan dari sudut pandang surga? Orang bisa saja tidak mengenal kita dengan cukup dekat untuk bisa menilai kita, tetapi tidak ada yang tersembunyi bagi Tuhan! Rasul Petrus mengingatkan agar para pengikut Kristus tidak hidup seenaknya sebagaimana orang-orang yang tidak percaya pada hari penghakiman (ayat 3-9). Tuhan tidak lalai akan janji-Nya dan jelas Dia juga takkan lalai memperhatikan setiap detail kehidupan kita!

Selama kita masih hidup di dunia, kita masih diberi kesempatan untuk menyunting obituari kita. Akankah kita menginvestasikan hidup kita dalam hal-hal yang bernilai kekal? Ataukah kita mencurahkan seluruh hidup dalam ambisi pribadi, hidup yang tidak bertanggung jawab, atau kewajiban agama yang kosong? Jelang akhir tahun, mari mohon hikmat Tuhan agar kita dapat membedakan apa yang akan binasa bersama dunia dan apa yang dihargai Tuhan dalam kekekalan.—ELS 
HARI TUHAN CEPAT ATAU LAMBAT PASTI TIBA.
BAGAIMANA KITA MEMPERSIAPKAN DIRI MENGHADAPINYA?

Jumat, 28 Desember 2012

KOK BUKAN SAYA?


Baca: Matius 20:1-16


Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? (Matius 20:15)

Bacaan Alkitab Setahun:
Wahyu 1-5

Semasa kuliah, saya “laris” diminta menangani acara anak dari berbagai gereja. Sempat tebersit rasa tak rela saat adik-adik kelas bermunculan dan menerima lebih banyak undangan melayani, terutama di tempat-tempat yang baru. Sebenarnya jika diundang, saya akan punya banyak dilema, karena saya sedang sibuk dengan tugas akhir. Namun, entah mengapa, saat itu iri hati tetap muncul meski hanya sesaat.

Perumpamaan Yesus tentang para pekerja di kebun anggur sangat telak menegur sikap iri hati (ayat 15). Para pekerja lama marah karena keberuntungan yang dinikmati oleh para pekerja baru (ayat 11). Mereka tak lagi puas dengan apa yang sudah diterima dan tadinya dianggap cukup (ayat 13). Sebelum perumpamaan ini diberikan, Petrus mempertanyakan upah bagi para pengikut Yesus. Pertanyaan ini muncul setelah ia mendengar Yesus menjanjikan harta di surga bagi orang lain (lihat 19:21, 27). Ketika Yesus berbicara tentang takhta kepada Petrus, muncul pertanyaan baru apakah murid tertentu bisa memiliki posisi tertentu (lihat 19:28, 20:21). Mungkinkah perumpamaan ini diberikan Yesus untuk menangkis potensi iri hati di hati para murid?

Pelayanan bisa rusak apabila iri hati melanda sesama anggota tubuh Kristus. Biasanya kita tidak iri pada orang yang jauh di atas kita atau yang berbeda bidang, tetapi justru pada rekan yang dekat dan kemampuannya mirip dengan kita. Kita perlu mengingatkan diri kita bahwa Allah berdaulat dalam memberikan kemampuan dan berkat-Nya. Ketika kita cemburu, kita sedang menuduh Allah berlaku tidak adil. Dan itu jelas bukan perilaku warga kerajaan Allah!—ITA 
PERHATIKANLAH APA YANG DIBERIKAN ALLAH PADA KITA,
BUKAN APA YANG DIBERIKAN-NYA PADA ORANG LAIN.

BERKAT DARI KRITIK


Baca: Amsal 15:29-33


Siapa mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri, tetapi siapa mendengarkan teguran, memperoleh akal budi. (Amsal 15:32)

Bacaan Alkitab Setahun:
Wahyu 6-11

Meskipun saya senang belajar dari masukan orang lain, pada praktiknya tidak selalu mudah mencerna dan menerimanya. Suatu kali pemimpin saya mengembalikan sejumlah naskah yang sudah saya tulis dengan susah payah disertai komentar yang intinya mengatakan bahwa naskah-naskah itu harus dirombak ulang. Spontan saya protes dan berusaha membela pendapat saya. Lucunya, ketika pikiran sudah lebih tenang, dan saya membaca ulang komentar-komentar yang diberikan, saya menemukan banyak konsep saya yang memang keliru. Sambil memperbaikinya saya bersyukur. Kritik membangun mencegah saya melakukan kesalahan yang memalukan, sekaligus membuka wawasan dan mengasah ketajaman berpikir saya.

Alkitab memperingatkan kita untuk memiliki sikap yang terbuka untuk diajar. Teguran-teguran yang dimaksudkan untuk membangun haruslah didengarkan (ayat 31). Bukan didengarkan sambil lalu, tetapi diterima dengan pikiran terbuka. Teguran yang membangun itu disamakan dengan didikan, pengajaran yang memberikan akal budi (ayat 32). Rugi besar jika kita mengabaikannya, kita sedang membuang kesempatan untuk maju. Sikap yang mau diajar adalah cerminan kerendahan hati. Jika seseorang tidak cukup rendah hati untuk menerima masukan sesama, mungkinkah ia bisa sepenuh hati mendengarkan didikan Tuhan?

Acap kali pelayanan terhambat dan hubungan dalam tubuh Kristus bermasalah karena kita menolak untuk saling mendengarkan. Kita tidak mau belajar dari orang lain yang Tuhan tempatkan di sekitar kita. Adakah noda keangkuhan hati yang mungkin perlu kita bersihkan hari ini agar kita dapat dengan jernih melihat masukan-masukan yang penuh berkat di sekitar kita?—ELS 
TEGURAN YANG TULUS IBARAT PISAU OPERASI.
DITUJUKAN UNTUK MEMPERBAIKI, BUKAN UNTUK MENYAKITI.

Selasa, 25 Desember 2012

KEPALA DAN TUBUH


Baca: Kolose 1:15-23


Dialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Dialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Dialah yang lebih utama dalam segala sesuatu. (Kolose 1:18)

Bacaan Alkitab Setahun:
1 Yohanes

Dalam sejarah kerajaan Tiongkok, hukuman pancung merupakan pilihan terbanyak dalam melaksanakan hukuman mati. Memisahkan kepala dari tubuh membuat proses kematian cepat dan pasti. Hanya dalam sulap atau film kartun kita bisa menyaksikan kepala terpisah dari tubuh tanpa harus mati.

Dalam menggambarkan hubungan Kristus dengan jemaat-Nya, rasul Paulus menggunakan analogi kepala dan tubuh ini. Kristus adalah kepala, jemaat adalah tubuh-Nya (ayat 18). Mengapa? Karena Kristus adalah gambaran dari Allah sendiri (ayat 15). Segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia (ayat 16). Segala kepenuhan Allah ada di dalam Dia (ayat 19). Itu artinya, apa yang ada dalam Pribadi Allah, juga dinyatakan dalam Pribadi Yesus Kristus. Untuk dapat hidup berkenan pada Allah, tepatlah jika jemaat meneladani Kristus. Lebih dari itu, Kristuslah yang memungkinkan manusia bisa diperdamaikan dengan Allah (ayat 21-22). Tanpa Kristus, tidak ada orang yang berkenan kepada Allah. Itulah alasan Dia disebut Kepala—oleh karena keutamaan-Nya. Sebagai Kepala, Kristus berhak memimpin dan mengarahkan jemaat-Nya.

Bagaimanakah selama ini kita menempatkan Kristus dalam kehidupan pribadi maupun berjemaat? Ketika kita lebih mementingkan aktivitas rohani daripada membangun karakter sesuai firman Tuhan, Kristus sedang tidak diutamakan. Ketika pengharapan Injil digantikan oleh pengharapan atas kekuatan sendiri, Kristus telah digeser dari tempat-Nya. Tanpa kepala, tubuh mati. Tanpa Kristus, tidaklah mungkin komunitas orang percaya dapat tetap hidup berkenan kepada Allah. Apakah Kristus adalah “Kepala” dalam kehidupan Anda?—JAP 
JIKA TUBUH TIDAK LAGI TAAT PADA KEPALA,
KEMUNGKINAN TUBUH SUDAH TERLEPAS DARI KEPALA.

NAMANYA YESUS


Baca: Lukas 2:21-24


Ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya. (Lukas 2:21)

Bacaan Alkitab Setahun:
2 Petrus; Yudas

Seorang pria bertanya kepada pendetanya, “Apa yang harus saya lakukan agar masuk surga?” Jawaban sang pendeta mengejutkannya, “Anda sudah terlambat. Tidak ada yang dapat Anda lakukan untuk bisa masuk surga.” Dengan gelisah ia bertanya, “Apa maksud Anda, Pak Pendeta? Tidakkah ada sesuatu yang bisa saya lakukan?” Pendeta itu menjawab, “Apa yang harus dilakukan untuk masuk surga telah dikerjakan untuk Anda oleh Yesus, dua ribu tahun silam. Yang perlu Anda lakukan sekarang hanyalah menerima apa yang telah Dia kerjakan bagi Anda. Tidak ada yang bisa Anda tambahkan lagi.”

Nama Yesus berarti “Allah menyelamatkan”. Dan sesuai nama yang diberikan sebelum kelahiran-Nya (lihat Matius 1:21), Dia memang datang ke dalam dunia sebagai jalan keselamatan yang disediakan Allah sendiri. Yesus tidak datang untuk merintis sebuah agama atau membangun sebuah tradisi. Dia datang untuk memulihkan hubungan manusia dengan Allah. Dia juga disebut Kristus (lihat ayat 11), yang berarti Sang Mesias, Yang Diurapi. Dia disebut Imanuel, yang berarti: Allah menyertai kita (Matius 1:23).

Yang terbaik dari Natal adalah Yesus. Sia-sialah segala perayaan tanpa kehadiran-Nya. Melalui kelahiran Yesus, kita mendengar Allah berkata: “Anakku, tidak ada yang dapat kau lakukan untuk membereskan masalahmu. Sebab itu, Aku sendiri yang akan menolongmu. Aku datang untuk menggantikan rasa frustrasimu dengan kedamaian, kesalahan-kesalahanmu dengan pengampunan, kegelisahanmu dengan pengharapan yang pasti. Maukah engkau memercayai-Ku sepenuhnya?” Bagaimana kita meresponi kasih karunia-Nya ini?—JOE 
TIDAK ADA USAHA YANG DAPAT MEMBAWA KITA KEPADA ALLAH.
YANG DAPAT KITA LAKUKAN ADALAH MENERIMA ANUGERAH-NYA.

Senin, 24 Desember 2012

USAHA YANG KELIRU


Baca: 2 Petrus 1:1-11


Kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh ... (2 Petrus 1:3)

Bacaan Alkitab Setahun:
2 Timotius

Pernahkah Anda berandai-andai bahwa hidup Anda akan lebih baik jika hal tertentu Anda miliki? Andai aku memiliki pekerjaan tertentu ... andai aku punya banyak uang ... andai aku menemukan orang yang tepat ... andai aku dikaruniai tubuh yang indah ... andai jabatanku naik .... Ini adalah pergumulan semua orang. Kita berusaha mencari sesuatu yang akan memenuhkan hidup kita, yang akan menyelamatkan kita dari segala belitan masalah.

Bagaimana kita menanggapi kata Alkitab bahwa segala sesuatu yang kita perlukan untuk hidup sudah dikaruniakan pada kita? (ayat 3). Mungkin itu membuat kita bertanya-tanya. Tuhan, aku sudah lama mengikut-Mu, mengapa aku merasa hidupku masih begini-begini saja? Masalahnya mungkin terletak pada definisi kita tentang hidup. Rasul Petrus menjelaskan bahwa hidup yang berhasil itu tidak ada hubungannya dengan tren dunia, tetapi bagaimana kita dibentuk makin serupa dengan kodrat ilahi (ayat 4). Keberhasilan adalah makin siap menjadi warga kerajaan kekal dari Tuhan sendiri (ayat 11). Dan oleh kasih karunia Tuhan, semua yang kita butuhkan untuk itu telah disediakan di dalam Yesus Kristus (ayat 2-3). Yesus membebaskan kita dari dosa, dan memungkinkan kita mengejar hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup ini (ayat 5-9).

Mungkinkah selama ini kita mencari “Juru Selamat” di tempat yang keliru? Kita mencarinya dalam pekerjaan kita, dalam diri pasangan kita atau sosok pemimpin kita, dalam kepemilikan harta benda kita, dalam pencapaian, bahkan dalam kecanduan kita. Segala sesuatu telah disediakan Allah di dalam Kristus, Sang Juru Selamat dunia. Sudahkah Anda datang kepada-Nya?—JOE 
SEGALA YANG DIBUTUHKAN UNTUK HIDUP YANG BERHASIL
TELAH DISEDIAKAN ALLAH DI DALAM YESUS, JURU SELAMAT DUNIA.

Jumat, 21 Desember 2012

DAMAI DI BUMI


Baca: Lukas 2:8-14


“Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” (Lukas 2:14)

Bacaan Alkitab Setahun:
Ibrani 1-6


Seorang pengusaha yang sedang stres diajak temannya mengikuti sebuah seminar manajemen stres. Salah satu saran dari pembicara seminar itu adalah: “Lepaskan stres Anda dengan menceritakan masalah Anda kepada seseorang yang bisa mendengarkan.” Ia lalu menambahkan bahwa salah satu cara terbaik adalah berbicara kepada hewan kesayangan. Sang pengusaha sangat jengkel. Ia membayar mahal sebuah tiket seminar hanya untuk mendengarkan saran bahwa ia harus memiliki hubungan dari hati ke hati dengan anjing piaraannya. Jelas hewan itu takkan bisa membantu membereskan konflik-konflik pemicu stres yang ia alami dan menghadirkan damai di hatinya.

Natal membawa kabar baik bahwa Yesus datang untuk membawa damai sejahtera di bumi (ayat 14). Damai yang akan dinikmati oleh orang-orang yang “berkenan kepada Tuhan”. Bagaimana mungkin manusia berdosa bisa diperkenan Allah? Jelas bukan dengan usahanya sendiri. Orang paling saleh di dunia pun tak luput dari kekhilafan di hadapan Allah yang mahasuci dan membenci dosa. Manusia butuh Juru Selamat yang akan membebaskan mereka dari dosa-dosa yang menyebabkan mereka tak dapat hidup dalam damai dengan Allah dan dengan sesama.

Rick Warren menulis: “Kedamaian dunia takkan ada tanpa kedamaian di tengah bangsa-bangsa. Kedamaian bangsa takkan ada tanpa kedamaian di tengah komunitas kita. Kedamaian komunitas takkan ada tanpa kedamaian di tengah keluarga kita. Kedamaian keluarga takkan ada tanpa Raja Damai bertakhta dalam hati kita.” Ia benar. Jika Anda merindukan damai yang sejati, mengapa tidak datang kepada Sumber-Nya?—LIT 
BAGAIMANA DAMAI DAPAT TERCIPTA DALAM HIDUP KITA
JIKA KITA SENDIRI BELUM BERDAMAI DENGAN ALLAH?

Selasa, 18 Desember 2012

BEBAS DARI AIB


Baca: Lukas 1:5-25


“Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang.” (Lukas 1:25)
Bacaan Alkitab Setahun:
Titus

Aib. Anda dan saya tentu memilikinya. Sesuatu yang memalukan. Noda yang ingin kita tutupi. Catatan yang ingin kita kubur dalam-dalam. Mungkin itu berupa masa lalu yang kelam, latar belakang keluarga, kekurangan secara fisik, dan sebagainya. Kita takut tidak diterima orang lain. Kita berusaha memolesnya dengan berbagai hal yang akan dipandang baik oleh orang lain.

Aib. Betapa hal ini menghantui hari-hari Elisabet. Tidak bisa punya anak alias mandul adalah aib pada zamannya. Apalagi suaminya adalah seorang imam. Tentu ada bisik-bisik mengapa pasangan ini tidak dikaruniai penerus keturunan. Tak putus-putusnya Elisabet dan suaminya berdoa memohon sebuah keajaiban (ayat 13). Tuhan tidak menjawab. Meski demikian, mereka tetap setia melayani hingga lanjut usia (ayat 6-7). Hingga suatu hari yang tak pernah diduga itu tiba. Tuhan membuatnya mengandung! Sungguh tak dapat dipercaya! Ia kini bisa menyombong ke semua tetangga yang dulu membicarakannya karena mukjizat yang diterimanya. Menariknya, ia justru menarik diri selama lima bulan. Ia tidak sibuk memperbaiki reputasinya. Tidak ada yang perlu dibanggakan. Tuhan berhak membiarkan aib itu melekat seumur hidupnya, dan Elisabet tetap senang melayani-Nya. Jika kini Dia bermurah hati untuk menghapuskannya, segala puji hanya bagi Tuhan!

Kita tak dapat mengendalikan pendapat orang lain. Namun, kabar baiknya, kita tak perlu mendapatkan penerimaan dari manusia mana pun agar bisa hidup bahagia! Yesus datang untuk menggantikan segala aib kita dengan kebenaran-Nya sehingga kita dapat diterima oleh Allah. Bukankah itu jauh lebih penting daripada diterima oleh manusia?—MEL 
ORANG MENERIMA KITA JIKA KITA MEMENUHI STANDAR MEREKA.
TUHAN MENERIMA KITA DENGAN KASIH TAK BERSYARAT.

KENALLAH BAYI ITU!


Baca: Matius 1:18-25


Hal itu terjadi supaya digenapi yang difirmankan Tuhan melalui nabi: “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel.” (Yang berarti: Allah menyertai kita.) (Matius 1:22-23)

Bacaan Alkitab Setahun:
1 Timotius

Natal mengingatkan saya pada dua sosok bayi. Yang pertama adalah bayi Nathanael. Tanpa diduga ia mengisi rahim kakak saya ketika banyak orang berpikir usianya terlalu berisiko untuk punya anak lagi. Tanpa diduga pula ia pergi sebelum genap tiga bulan menyemarakkan keluarga kakak saya. Ia mengingatkan saya betapa manusia tidak memiliki sedikit pun kendali atas hidup dan matinya. Kapan ia harus lahir dan kembali kepada Sang Pencipta.

Yang kedua adalah bayi Yesus. Tanpa terduga Dia mengisi rahim perawan Maria sehingga membuat Yusuf, yang belum pernah bersetubuh dengan tunangannya itu jadi gelisah. Tanpa diduga oleh para pengikut-Nya, Yesus mati ketika pelayanan-Nya sedang menanjak. Namun, merunut perjalanan hidup-Nya, jelas bahwa bagi Yesus sendiri, semua itu bukanlah kejadian yang tak terduga. Dia datang untuk menggenapi nubuat para nabi (ayat 22). Dia tahu untuk apa dan berapa lama Dia harus berada di dunia, dengan cara apa Dia akan mati dan kapan Dia akan bangkit (lihat pasal 16:21). Bayi yang dalam tiap drama Natal selalu ditampilkan sebagai sosok mungil, tak berdaya di atas palungan, memiliki kendali penuh atas hidup dan mati-Nya, karena Dia adalah Allah yang datang menjadi manusia, untuk menyertai umat-Nya (ayat 23).

Natal dirayakan agar kita mengingat betapa luar biasanya bayi Yesus dan betapa kita membutuhkan Dia! Namun, budaya populer berusaha merebut perhatian generasi ini dengan tokoh-tokoh dongeng dan tradisi pohon Natal, barang-barang yang harus dibeli dan acara-acara yang harus diadakan. Adakah sesuatu yang bisa kita lakukan?—ELS 
NATAL PERTAMA MEMPERKENALKAN ALLAH YANG DATANG KE DUNIA.
APAKAH NATAL KITA JUGA MEMPERKENALKAN-NYA KEPADA DUNIA?

Senin, 17 Desember 2012

LONCENG DAN KERETA SALJU


Baca: Mazmur 100:1-5
Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. (Mazmur 100:3)

Bacaan Alkitab Setahun:
Filipi

Apa lagu Natal favorit Anda? Banyak orang senang menyanyikan lagu Jingle Bells, bahkan menjadikannya bagian dari ibadah perayaan Natal. Tahukah Anda bahwa lirik asli lagu ini bercerita tentang asyiknya naik kereta salju dengan lonceng yang berdentang sepanjang jalan? Sama sekali tak berkaitan dengan kelahiran Yesus. Memang dalam bahasa Indonesia liriknya diubah, tetapi, entah berapa banyak orang yang menyadarinya. Kerap sesudah menyanyikan lirik bahasa Indonesia, orang menyambungnya dengan lirik bahasa Inggris.

Bukan hanya saat Natal, mungkin saja kita memang jarang berpikir panjang tentang apa yang kita nyanyikan saat ibadah. Tidak demikian halnya dengan pemazmur. Ia menasihati jemaat yang datang beribadah: Ketahuilah siapa Tuhan yang kamu sembah dan siapa kamu di hadapan-Nya! (ayat 3). “Ketahuilah” di sini bukan sekadar mengetahui informasi tentang Tuhan, tetapi mengenal Dia dengan karib, sehingga ketika ada pernyataan-pernyataan yang keliru tentang Dia, kita dapat segera meluruskannya. Jemaat harus tahu jelas kepada siapa penyembahan mereka ditujukan. Penghormatan, rasa syukur, dan pujian sejati lahir dari pengenalan yang karib akan Pribadi dan karya Tuhan.

Tanpa pikir panjang, kita bisa memiliki cara pandang atau membuat pernyataan yang keliru tentang Tuhan. Mempersiapkan Natal di tempat kita masing-masing, mari pikirkan baik-baik acara-acara perayaan yang diadakan, serta lagu-lagu yang diperdengarkan. Apakah Pribadi dan karya Tuhan dinyatakan dengan benar di sana? Apakah melaluinya orang akan dibawa untuk mengakui kebesaran Tuhan, makin mengasihi dan menghormati-Nya?—LIT 
APA YANG KITA NYATAKAN TENTANG TUHAN
MENGGAMBARKAN APA YANG KITA PIKIRKAN TENTANG DIA.

Minggu, 16 Desember 2012

SUKA MENUNDA


Baca: Amsal 12:24-28


Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa. (Amsal 12:24)

Bacaan Alkitab Setahun:
Efesus

Salah satu penyakit saya semasa kuliah adalah suka menunda-nunda. Meski tak berniat untuk malas, kerap saya mengalir begitu saja menjalani hari, mengabaikan jadwal yang sebenarnya sudah saya buat. Ketika tugas harus dikumpul atau ujian tiba, saya terpaksa harus begadang. Heran juga kalau melihat bahwa semua itu sebenarnya dapat diselesaikan dalam waktu relatif singkat ketika saya benar-benar fokus. Jika saya sedikit lebih rajin, tentu saya tak perlu begadang dan yang saya kerjakan bisa lebih optimal.

Alkitab berulang kali memberi nasihat tentang kemalasan. Salah satunya yang kita baca hari ini. Kemalasan mengakibatkan kerja paksa. Kemalasan bisa membuat seseorang tidak menikmati, apalagi memetik manfaat dari apa yang dikerjakannya. Mungkin akhirnya ia merasa didikte orang lain yang lebih rajin (ayat 24). Mungkin akhirnya ia merasa sering gagal (ayat 27). Di sini penulis Amsal berbicara tentang sesuatu yang realistis untuk dicapai, tetapi tidak kesampaian karena usaha yang diberikan terlalu sedikit.

Kemalasan atau keengganan melakukan sesuatu pada waktunya bisa bersumber dari banyak hal. Mungkin sesuatu itu memang kurang kita sukai. Mungkin cara kita menata waktu perlu dibenahi. Temukan dan bereskanlah akar masalahnya. Setiap orang punya kecenderungan untuk bermalas-malasan. Kita lebih suka mengatur jadwal sesuka hati dari pada memperhatikan kepentingan orang lain. Kemalasan bisa merebut sukacita dan berkat dalam bekerja serta hidup bersama. Mari melatih diri untuk rajin dan persembahkan upaya terbaik kita untuk menghormati Tuhan.—ITA 
KESEMPATAN YANG TUHAN BERIKAN
TAK PANTAS KITA JALANI DENGAN BERMALAS-MALASAN.

Sabtu, 15 Desember 2012

KARENA MENGHORMATI TUHAN


Baca: Amsal 14:1-9


Siapa berjalan dengan jujur, takut akan Tuhan, tetapi orang yang sesat jalannya menghina Dia. (Amsal 14:2)

Bacaan Alkitab Setahun:
Kolose; Filemon

Alkisah seorang raja mencari pengawas kebun kerajaan dengan cara yang unik. Tiap pelamar diberikan sekantong biji untuk ditanam selama waktu tertentu. Seorang pemudi ikut mendaftar dengan semangat. Biji dari raja ditanamnya hati-hati, disiramnya tiap hari. Namun, betapa sedih hatinya melihat biji itu tak kunjung tumbuh. Ketika tiba batas waktu untuk melapor ke istana, ia melihat orang-orang membawa tanaman yang indah-indah. Setengah menangis ia mohon ampun pada raja, karena biji itu tidak mau tumbuh sekalipun ia telah merawatnya tiap hari. Raja menepuk pundaknya dan berkata, “Semua biji yang kuberikan sebenarnya sudah dipanggang, jadi tidak mungkin tumbuh. Entah dari mana tanaman-tanaman yang mereka bawa. Terima kasih sudah membawa kejujuranmu. Hari ini juga kamu resmi menjadi pengawas kebun kerajaanku.”

Kejujuran tak hanya menunjukkan ketulusan hati, tetapi juga sikap yang menghormati orang lain. Karena hormat, kita tidak mau menipu orang itu. Lebih dari menghormati sesama, Amsal berkata bahwa sikap yang jujur menghormati Tuhan sendiri (ayat 2). Ketika seseorang berdusta, ia sebenarnya sedang menghina Tuhan Yang Mahatahu. Memang bersikap jujur di tengah dunia yang sarat ketidakjujuran bisa dipandang sebagai suatu kebodohan di mata manusia. Namun tidak di mata Tuhan. Orang yang jujur justru menunjukkan kesetiaan dan kebaikan di hadapan-Nya (ayat 5, 9).

Ketika diperhadapkan pada pilihan untuk jujur atau tidak, ingatlah bahwa kita tidak saja sedang berurusan dengan manusia, tetapi juga dengan Tuhan. Manusia tidak serbatahu, tetapi Tuhan tahu apakah kita sedang menghormati-Nya atau tidak.—ELS 
JUJUR ITU MENGHORMATI TUHAN.
MENYATAKAN BAHWA DIA MAHATAHU DAN MENYUKAI KEBENARAN.

Kamis, 13 Desember 2012

DUNIA BUKAN RUMAH KITA


Baca: 1 Yohanes 2:15-17


Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya ... dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya. (1 Yohanes 2:15, 17)

Bacaan Alkitab Setahun:
Kisah Para Rasul 27-28

Seorang duta besar diutus ke sebuah negara yang sangat berbeda dari negara asalnya. Berbulan-bulan lamanya ia harus beradaptasi dengan bahasa dan budaya di sana. Namun, bayangkanlah jika ia menjadi begitu terpikat dengan nilai-nilai dan tradisi negara tersebut. Ia mulai menganggap negara itu sebagai negaranya sendiri. Apakah ia masih dapat menjalankan tugasnya sebagai duta besar sebagaimana mestinya? Bisa jadi ia tidak lagi objektif dan tak lagi berpihak pada kebijakan negara asalnya.

Rasul Yohanes mengingatkan bahaya yang sama bisa terjadi pada orang-orang percaya. Karena tinggal di dalam dunia, hati kita bisa begitu melekat pada berbagai hal di dalamnya (ayat 15). Di sini rasul Yohanes tidak sedang menuding suatu gaya hidup tertentu, penampilan tertentu, atau kepemilikan harta dalam jumlah tertentu. Ia sedang berbicara tentang kondisi hati saat umat Tuhan menanggapi apa yang ada di sekitarnya. Kondisi hati yang menganggap bahwa apa yang ditawarkan dunia jauh lebih baik daripada apa yang ditawarkan Tuhan. Anggapan yang keliru! Dunia yang hanya sekelumit dari ciptaan Tuhan, tidak akan bertahan. Apa yang disediakan Sang Pencipta bagi masa depan anak-anak-Nya jelas jauh lebih baik dan terjamin. Dunia ini bukanlah rumah kita.

Tidak ada salahnya menikmati hal-hal baik yang Tuhan sediakan selama kita hidup di dunia. Namun, entah itu musik, film, teknologi, pakaian, jabatan, atau yang lain, ketika itu mulai menjadi tuntutan dan kebahagiaan kita bergantung pada pemuasannya, waspadalah! Kita sedang mengasihi dunia lebih dari Tuhan, dan jelas akan kehilangan hal-hal terbaik dari-Nya.—ITA 
KITA TIDAK DIUTUS KE TENGAH DUNIA UNTUK MENYERUPAI DUNIA,
TETAPI UNTUK MENUNJUKKAN BAHWA TUHAN LEBIH BERHARGA DARINYA.

MENGUKUR KEFASIKAN


Baca: Mazmur 10


[Orang fasik] berkata dalam hatinya: Aku takkan goyang. Aku tidak akan ditimpa malapetaka turun temurun. (Mazmur 10:6)

Bacaan Alkitab Setahun:
Kisah Para Rasul 24-26

Siapa sih orang fasik itu? Pertanyaan menarik itu terlontar dalam sebuah pertemuan di kantor. Apakah orang fasik sama dengan orang yang tidak percaya Tuhan? Apakah orang fasik identik dengan orang jahat? Apakah ada orang kristiani yang bisa disebut fasik?

Pada dasarnya orang fasik adalah orang yang congkak, merasa ia tahu apa yang baik (ayat 2-3, 6). Hukum-hukum Allah tidak relevan baginya (ayat 5). Ia melakukan segala sesuatu sesuai dorongan hatinya, tanpa berpikir tentang apa yang menjadi kehendak Allah, apa yang memuliakan Allah, bagaimana ia harus bergantung kepada Allah. Ia bukan orang yang ateis, tetapi ia hidup seolah-olah Allah tidak ada, tidak melihat, dan tidak akan menuntut pertanggungjawaban atas hidupnya (ayat 4, 11). Dalam bagian-bagian lain di Alkitab kita bisa melihat bahwa para pemimpin rohani pun bisa terjebak dalam dosa kefasikan (Yeremia 23:11).

Seberapa sering kita berpikir tentang Allah dan kehendak-Nya dalam menjalani hidup? Kita bisa beribadah beberapa jam lalu melanjutkan hidup seolah-olah Dia tidak melihat. Kita bisa melakukan banyak hal yang baik tanpa memikirkan Allah sama sekali. Kita jarang berpikir tentang tanggung jawab kita kepada Pencipta kita dalam bekerja. Kita merasa cukup baik karena tidak melakukan dosa-dosa besar. Kita tidak tertarik membangun relasi yang intim dengan Allah. Dalam derajat tertentu, kita pun bisa berlaku fasik sehingga pola pikir dan perilaku kita tidak banyak berbeda dengan orang-orang yang belum mengenal Allah. Kefasikan memberi ruang bagi dosa-dosa lain untuk bertumbuh. Waspadalah!—ELS 
HINDARKAN DIRI DARI KEFASIKAN DENGAN MENYADARI BAHWA ALLAH HADIR
DAN TERLIBAT DALAM HIDUP KITA SETIAP HARI.

Selasa, 11 Desember 2012

BERITAKANLAH RAHMAT ALLAH


Baca: Yesaya 61


... Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati (Yesaya 61:1)

Bacaan Alkitab Setahun:
Kisah Para Rasul 20-23

Hanya pemberian kecil dan doa singkat, tetapi itu membuat sepasang mata di depan saya memerah “Baru kali ini ada yang begitu peduli sama saya,” ujarnya lirih. Ia mengaku jarang sekali berdoa. “Mungkin nantilah saya mikirtentang Allah, sekarang saya hanya mau cari uang untuk anak saya.” Meski tak terucap gamblang, sikapnya menunjukkan siapa Allah baginya. Pribadi yang jauh di atas sana dan tak cukup peduli dengan orang lemah seperti dirinya.

Namun, kita tahu bahwa Allah peduli. Yesaya dan nabi-nabi lainnya diutus untuk memberitakan rahmat Allah kepada yang lemah dan miskin. Allah sendiri datang sebagai manusia di dalam Yesus Kristus untuk menyentuh manusia secara fisik. Dia berkeliling untuk menghibur dan memulihkan. Dia ikut merasakan bahkan menanggung penderitaan sampai ke atas salib (bandingkan ayat 1-2 dengan Lukas 4:18-21). Yesus datang untuk mewartakan betapa Allah memperhatikan dan berkehendak membebaskan manusia dari kebutaan fisik dan hati, dari penindasan dan ketidakadilan. Tidakkah para pengikut Yesus juga dipanggil untuk mewartakan kabar baik yang sama?

Hari ini, enam benua bersehati dalam Hari Doa Sedunia untuk Orang-Orang yang Miskin dan Sengsara (Global Day of Prayer for the Poor and Suffering). Mari ikut menggerakkan keluarga dan komunitas kita untuk berseru kepada Allah bagi jutaan penduduk dunia yang membutuhkan kesembuhan, keadilan, keamanan, air bersih, tempat tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Mohon Allah membangkitkan dan memperlengkapi orang-orang kristiani, termasuk diri kita, untuk mewartakan tahun rahmat Tuhan kepada mereka yang membutuhkan.—MEL 
APA YANG AKAN KITA DOAKAN, BERIKAN, DAN LAKUKAN UNTUK MENJADI SALURAN RAHMAT TUHAN BAGI YANG MISKIN DAN MENDERITA?

IBADAH DI SURGA


Baca: Wahyu 22:1-5


Tidak akan ada lagi yang terkutuk. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hamba- Nya akan beribadah kepada-Nya. (Wahyu 22:3)

Bacaan Alkitab Setahun:
Roma 14-16

Apa yang Anda bayangkan tentang surga? Seorang pendeta mengaku bahwa tiap kali memikirkan surga, ia membayangkan betapa membosankannya hidup melayang di antara awan dan tidak melakukan apa-apa .... Gambaran surga yang membosankan itu muncul dari dua asumsi yang keliru: Pertama, Tuhan itu membosankan. Kedua, hidup tanpa dosa itu tidak menarik.

Gambaran Alkitab tentang surga jauh dari membosankan. Di sana ada semarak kota kerajaan di mana umat Tuhan memerintah atas bangsa-bangsa bersama Tuhan sendiri (ayat 2,5, bandingkan Wahyu 21:23-26). Ibadah di surga pasti sangat menggairahkan, bukan saja karena kehadiran segala suku bangsa tetapi terutama karena kehadiran Tuhan sendiri (ayat 3, bandingkan Wahyu 7:9-10). Bukankah melewatkan waktu bersama Pribadi Yang Mahakuasa, Mahakreatif, dan Mahakasih itu pasti sangat menyenangkan? Yang tidak ada di surga adalah semua yang tidak baik (ayat 3). Dengan kata lain di sana tidak ada dosa, kepura-puraan, korupsi, kemacetan, kanker, polusi, dan semua keburukan yang bisa kita lihat di dunia.

Tidakkah kebenaran yang menakjubkan tentang masa depan ini menggugah kita untuk mempersiapkan diri sejak sekarang? Menjadikan pekerjaan tiap hari sebagai ibadah kepada-Nya. Merayakan betapa luar biasanya Tuhan dan masa depan kekal yang Dia siapkan, besok, umat kristiani sedunia bersepakat menaikkan pujian dan doa bersama dalam Global Day of Worship (Hari Penyembahan Sedunia). Ajaklah keluarga atau rekan-rekan Anda ambil bagian di dalamnya.—JOE 
BERSUKACITA BERSAMA PRIBADI TERHEBAT DI ALAM SEMESTA
BISA DIMULAI HARI INI JUGA, DAN DITERUSKAN SELAMANYA DI SURGA.

Minggu, 09 Desember 2012

SETAN KALAH TELAK


Baca: Markus 1:21-28


Tetapi Yesus membentaknya, “Diam, keluarlah dari dia!” (Markus 1:25)

Bacaan Alkitab Setahun:
Roma 11-13

Apakah Anda percaya dengan keberadaan setan? Ada beberapa kalangan yang tak percaya dan menganggap orang yang disebut kerasukan sebenarnya mengalami penyakit syaraf dan kejiwaan tertentu. Namun, banyak pula yang percaya bahwa setan itu ada. Bahkan, dalam beberapa acara televisi, kerap ditampilkan tayangan mengenai “orang berilmu” yang sedang melawan roh halus alias setan. Orang ini memejamkan mata serta merapal doa dan mantra. Alkitab jelas menyatakan setan itu ada. Tuhan Yesus kerap kali “berjumpa” dengan setan. Dan, dalam setiap kesempatan itu, Dia mampu mengatasi dan menaklukkannya.

Berbagai cara pengusiran setan juga dikenal dalam praktik Yahudi. Namun, Yesus mengejutkan orang banyak karena Dia melakukannya hanya dengan kata-kata. Cukup dengan sekali hardikan saja (ayat 25). Betapa besar otoritas yang ada dalam diri Yesus! Roh jahat itu ketakutan karena mengenali siapa sesungguhnya Yesus dan tahu tujuan kedatangan-Nya (ayat 24). Ini hanya yang pertama dari sekian peristiwa Yesus mengusir setan yang dicatat dalam Injil. Di kayu salib, Yesus menuntaskan apa yang Dia mulai di rumah ibadah di Kapernaum ini, yakni menghancurkan kuasa roh jahat, setan, dan iblis untuk selama-lamanya.

Setan masih bisa meneror kita hari ini, tetapi sesungguhnya otoritasnya terbatas dan ia tidak berdaya menghadapi Kristus, Tuhan kita. Mengimani kebenaran ini adalah kunci kesaksian kita di tengah dunia yang seringkali takut dan putus asa menghadapi kuasa-kuasa jahat zaman ini. Dunia ini, walau tampaknya masih penuh teror iblis, telah ditaklukkan oleh otoritas Allah di dalam Yesus yang penuh kasih. Wartakan kabar baik ini!—ICW 
MENYATAKAN KEMENANGAN MUTLAK KRISTUS ATAS KUASA SETAN
ADALAH OTORITAS DAN TUGAS GEREJA DI SETIAP GENERASI.

Sabtu, 08 Desember 2012

YESUS ANAK MANUSIA


Baca: Lukas 18:31:34


Sebab Ia akan diserahkan kepada bangsa-bangsa lain, diolok-olokkan, dihina dan diludahi. (Lukas 18:32)

Bacaan Alkitab Setahun:
Roma 8-10

Tahukah Anda sebutan favorit Yesus untuk diri-Nya sendiri? Anak Manusia! Sebutan ini diulang 29 kali dalam Injil Matius, 16 kali dalam Injil Markus, 25 kali dalam Injil Lukas, dan 12 kali dalam Injil Yohanes. Kalau sebutan Anak Allah diberikan oleh orang lain kepada-Nya, sebutan Anak Manusia hampir selalu diucapkan oleh Yesus sendiri.

Sebutan ini mengingatkan kita betapa Yesus benar-benar ikut merasakan apa yang dialami manusia. Dia lahir dari seorang perempuan muda, memiliki keluarga dan teman-teman, lengkap dengan berbagai dinamika dalam hubungan dengan mereka. Dia tahu rasanya lapar dan haus, Dia pernah marah, lelah, dan sedih. Dia membiarkan diri-Nya diperlakukan tidak adil, dijadikan bahan ejekan, direndahkan sedemikian rupa, bahkan diludahi! Allah yang datang dalam rupa manusia bukankah seharusnya disambut, dihormati, dilayani? Namun, Yesus memberi diri sesuai gambaran yang dinubuatkan oleh para nabi, seorang hamba yang menderita (lihat Yesaya 52-53). Dia menanggung apa yang tidak bisa ditanggung oleh manusia. Dia mengalami semua cobaan yang dialami manusia, hanya Dia tidak berbuat dosa (lihat Ibrani 4:15).

Memiliki seseorang yang bisa turut merasakan apa yang kita rasakan, betapa menguatkan! Bukankah itu yang dikomunikasikan Yesus dengan menyebut diri-Nya sebagai Anak Manusia? Dia sungguh mengerti apa yang saya dan Anda lalui setiap hari: penat, terluka, hendak menyerah? Pandanglah pada Yesus. Dia telah melalui perjalanan yang sama, dan mengakhirinya dengan penuh kemenangan. Dia menyediakan kekuatan yang dibutuhkan bagi tiap orang yang mau datang kepada-Nya, dan mengikut Dia.—HAN 
YESUS SEBAGAI ANAK MANUSIA MEMBUAT KITA MENGERTI
BAHWA ALLAH PEDULI DAN MEMAHAMI APA YANG KITA ALAMI.

YESUS, ANAK ALLAH?


Baca: Lukas 1:26-38


Jawab malaikat itu kepadanya, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. (Lukas 1:35)

Bacaan Alkitab Setahun:
Roma 4-7

Sebagian orang merasa sulit menerima Yesus karena sebutan-Nya sebagai Anak Allah. Mana mungkin Allah punya anak? Bukankah itu berarti merendahkan Allah, memercayai bahwa Dia berhubungan fisik dengan manusia dan membuahkan seorang anak? Menyamakan Sang Pencipta dengan ciptaan-Nya? Penolakan ini bukan baru muncul belakangan. Sebagian orang pada zaman Yesus pun sulit menerimanya (lihat Yohanes 10:36).

Tak heran Lukas berusaha dengan saksama menjelaskan dalam tulisannya, agar pembacanya mengetahui kebenaran tentang Yesus (pasal 1:3-4). Tampaknya ia telah mengusut asal-usul Yesus dengan teliti sehingga ia bisa menuliskan kronologis kejadiannya secara detail. “Anak” adalah sebutan yang wajar diberikan bagi Yesus karena Dia memang datang dalam wujud seorang bayi, anak yang lahir dari kandungan Maria (ayat 31). Bukan sembarang anak, Yesus akan secara khusus disebut sebagai Anak Allah, karena Dia lahir oleh kuasa Roh Kudus, kuasa Allah Yang Mahatinggi, bukan oleh hubungan Maria dengan seorang laki-laki (ayat 35). Jadi sebutan Anak Allah sederhananya menunjukkan bahwa Yesus adalah manusia (anak) yang berasal dari Allah sendiri.

Kesulitan menerima sebutan ini tampaknya menunjukkan keraguan bahwa Allah sanggup melakukan segala sesuatu. Secara akal sehat, tidak mungkin Allah yang besar dan tak terbatas datang melalui tubuh manusia. Keraguan ini juga pernah menghinggapi Maria (ayat 34), tetapi disanggah oleh malaikat (ayat 37). Allah menggenapi janji-Nya bahwa Mesias akan lahir dari keturunan Daud. Tidak ada yang mustahil bagi-Nya.—HAN 
MENYEBUT YESUS SEBAGAI ANAK ALLAH ADALAH PENGAKUAN
ATAS ALLAH YANG MAHAKUASA DAN MENEPATI JANJI-NYA.

Jumat, 07 Desember 2012

KATA YESUS TENTANG DIRI-NYA


Baca: Yohanes 14:1-13


Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (Yohanes 14:6)

Bacaan Alkitab Setahun:
Roma 1-3

Siapakah Yesus? Jika Anda adalah seorang kristiani mungkin pertanyaan ini terdengar bodoh. Tentu saja Dia adalah Tuhan dan Juru Selamat umat manusia. Namun, faktanya, seringkali status ini terlalu sering disebutkan dengan muatan makna yang beragam. Bagi sebagian orang, kedua gelar itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Seorang yang secara istimewa dipilih Tuhan untuk menunjukkan jalan hidup yang benar bagi umat manusia. Yang lain menganggapnya sebagai Sang Pembuat mukjizat, teladan moral teragung, guru dengan hikmat yang luar biasa, dan pendiri agama besar yang patut dihormati.

Namun, pernyataan-pernyataan Yesus tentang siapa diri-Nya jauh dari gambaran itu. Yesus menyatakan diri-Nya bukan salah satu jalan, bukan seorang penunjuk jalan tetapi Dia sendirilah jalan kepada Allah (ayat 6). Dia bahkan menyatakan bahwa diri-Nya adalah perwujudan dari Allah yang tidak bisa dilihat oleh manusia (ayat 7, 9-11). Ingin tahu seperti apa Allah itu? Lihatlah Yesus! Sebuah pernyataan yang super radikal, yang bahkan sulit diterima orang pada masa-Nya, sehingga mereka akhirnya menyeret-Nya ke kayu salib (lihat pasal 19:7).

Pikirkanlah sekali lagi ketika Anda berkata bahwa Anda memercayai Yesus. Dia menyatakan diri-Nya sebagai Allah sendiri. Bukan sekadar Tokoh Agung dalam sejarah yang patut dipelajari dan diteladani hidup-Nya, melainkan Tuhan yang memegang kendali penuh atas hidup dan mati. Semua perkataan-Nya dapat dipercaya dan harus ditaati. Di luar Dia, orang tidak mungkin diperdamaikan dengan Allah. Apakah hidup kita sungguh mencerminkan bahwa kita memercayai Yesus sesuai dengan apa yang Dia nyatakan?— HAN 
YESUS BUKAN HANYA PRIBADI YANG PATUT DITELADANI,
MELAINKAN JUGA ALLAH YANG BERKUASA ATAS HIDUP DAN MATI.

Kamis, 06 Desember 2012

SAHABAT YESUS


Baca: Yohanes 15:9-17


Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu melakukan apa yang Kuperintahkan kepadamu. (Yohanes 15:14)

Bacaan Alkitab Setahun:
2 Korintus 10-13

Bagaimana perasaan Anda jika hari ini telepon berdering dan seseorang di seberang sana mengabarkan bahwa Anda terpilih untuk menghadiri jamuan makan malam di istana presiden? Untuk lebih meyakinkan Anda, ia menyebutkan identitas lengkap Anda berikut nomor-nomor dokumen kewarganegaraan Anda. Begitu telepon ditutup Anda mungkin tidak tahan untuk tidak menceritakannya kepada seisi rumah, bahkan teman-teman dekat Anda.

Bagaimana perasaan Anda mendengar Yesus berkata, bahwa Dia mengasihi Anda, dan Anda adalah sahabat-Nya? Adakah perasaan bangga, terhormat, sekaligus gentar menyelimuti, karena Tuhan Yang Mahakuasa, menganggap kita begitu berharga? Dia tidak harus melakukannya. Dia bukan Pribadi kesepian yang membutuhkan sahabat. Namun, bukankah seringkali kita menggambarkan Tuhan seperti layaknya seseorang yang memelas meminta persahabatan kita. Seolah-olah karena Tuhan sudah berkorban begitu banyak, kita harus memperhatikan dan membalas budi baik-Nya: “Tuhan sungguh ingin bersahabat dengan kita! Tidakkah kita juga mau bersahabat dengan-Nya?”

Menjadikan kita sahabat itu sepenuhnya pilihan Yesus, bukan sesuatu yang tergantung kita (ayat 16). Kita tidak sedang diajak bersimpati dengan-Nya, kita sedang menerima kehormatan yang besar dari-Nya! Dengan tegas Yesus memberitahukan syarat untuk menerima kehormatan itu: taatilah perintah-Nya, perhatikanlah semua firman-Nya (ayat 14-15). Tidak lagi dengan mental seorang pesuruh yang hanya mengikuti instruksi, tetapi sebagai sahabat yang melakukan sesuatu dengan kasih. Apakah Anda sahabat Yesus?—LIT 
MENJADI SAHABAT YESUS ADALAH SEBUAH KEHORMATAN,
BUKAN AJAKAN BERSIMPATI APALAGI SEBUAH PAKSAAN.

Rabu, 05 Desember 2012

MENGASIHI SECARA TOTAL


Baca: Markus 12:41-44


… janda ini memberi dari kekurangannya semua yang dimilikinya, yaitu seluruh nafkahnya. (Markus 12:44)

Bacaan Alkitab Setahun:
2 Korintus 5-9

Ada kisah nyata tentang seorang bapak tua bekas pecandu alkohol di Kalifornia bernama Rings. Sejak menerima Kristus sebagai Juru Selamat, ia tak pernah lagi memakai nafkahnya untuk membeli alkohol. Meski hanya tinggal di kabin mobil, ia pun tak berusaha menyewa tempat tinggal yang lebih baik. Ia memakai semua uangnya untuk membeli bahan makanan dan memasaknya bagi para tunawisma, sembari bercerita tentang Yesus yang telah memberi kemerdekaan dalam hidupnya. Ia mengatakan Tuhan-lah yang menyuruhnya memberi makan orang lain dengan uang yang Dia berikan, karena Tuhan mengasihi mereka.

Memberikan seluruh nafkahnya, itu juga yang dilakukan seorang janda yang datang ke Bait Allah. Persembahannya adalah dua keping mata uang Yahudi yang terkecil nilainya. Namun, Yesus tahu apa arti uang itu bagi sang janda. Seluruh nafkahnya. Orang-orang kaya bisa memberikan sebagian hartanya tanpa terganggu standar hidupnya. Namun, persembahan janda itu mungkin membuatnya tidak bisa makan seharian. Belum lama berselang murid-murid mendengar Yesus mengajar hukum yang terutama, yaitu mengasihi Tuhan dengan totalitas hidup (lihat 12:29-30). Kini, mereka diajak-Nya melihat orang yang mempraktikkan hukum itu secara nyata.

Kita bisa dengan mudah memberi waktu dan uang untuk kegiatan-kegiatan berlabel rohani selama itu tidak mengganggu kehidupan pribadi atau keluarga kita. Tanpa sadar kita membagi ruang hidup kita menjadi “yang sekuler” dan “yang rohani”, yang “milik kita” dan yang “milik Tuhan”. Tuhan ingin kita mengasihi-Nya dengan totalitas hidup. Bagaimana kita akan menerapkan perintah ini?—MEL 
TUHAN INGIN KITA MENGASIHI-NYA SECARA TOTAL.
SEMUA ASPEK DALAM HIDUP ADALAH PERSEMBAHAN KITA BAGI-NYA.

Selasa, 04 Desember 2012

LUPA KASIH YANG SEMULA


Baca: Wahyu 2:1-7


Meskipun demikian, Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. 
(Wahyu 2:4)

Bacaan Alkitab Setahun:
2 Korintus 1-4

Soren Kierkegaard mengarang cerita tentang seorang pria dari negeri Barat yang datang ke Tiongkok dan menjalin cinta dengan seorang wanita di sana. Ketika pulang ke negeri asalnya, ia berjanji kepada sang wanita untuk mempelajari bahasa Mandarin supaya mereka dapat saling menulis surat cinta. Ia memenuhi janjinya dengan belajar bahasa Mandarin sampai ke perguruan tinggi. Bahkan, ia menjadi guru besar bahasa itu. Namun, ia akhirnya lebih mencintai bahasa Mandarin dan profesi barunya sebagai guru besar. Ia tak lagi peduli untuk menulis surat kepada sang kekasih, apalagi kembali ke Tiongkok. Ia melupakan kasihnya yang semula kepada sang kekasih.

Hati kita miris membaca ironi cerita di atas. Namun demikian, ironi ini kerap dilakukan anak-anak Tuhan. Itu pulalah yang terjadi di tengah-tengah jemaat Efesus. Di satu sisi, mereka memiliki aneka prestasi yang mengagumkan. Mereka suka berjerih lelah, tekun melayani, rajin menguji ajaran palsu, dan sabar menderita bagi Tuhan (ayat 2-3, 6). Akan tetapi, Tuhan tetap mencela dan menegur mereka. Mengapa? Karena, jauh di dalam hati, mereka sudah kehilangan kasih yang semula kepada-Nya (ayat 4). Aktivitas mereka yang secara lahiriah sangat padat dan sibuk, tidak dibarengi dengan kedalaman kasih mereka kepada Tuhan.

Apakah kita memiliki kecenderungan seperti jemaat di Efesus? Kita suka melayani. Kita menegakkan ajaran yang benar. Kita mau menderita bagi Tuhan. Akan tetapi, kita sudah melupakan kasih yang semula kepada Tuhan. Camkanlah peringatan Tuhan Yesus ini dan bertobatlah sekarang juga.—JIM 
INILAH PERMOHONANKU YANG TULUS: LEBIH MENGASIHI ENGKAU, OH KRISTUS!—HOWARD DOANE

Senin, 03 Desember 2012

KARUNIA YANG BERBEDA


Baca: Ayub 12:1-25


Siapa di antara semuanya itu yang tidak tahu, bahwa tangan Allah yang melakukan itu; ... Dia yang ... melepaskan ikat pinggang orang kuat ... (Ayub 12:9, 21)

Bacaan Alkitab Setahun:
1 Korintus 15-16

Apa yang Anda pikirkan ketika melihat orang cacat? Kasihan? Merasa ia tak bisa apa-apa? Carilah informasi tentang Natalia Partyka, Oscar Pistorius, Ni Nengah Widianingsih, dan Agus Ngaimin, atlet-atlet cacat dengan prestasi kelas dunia. Nick Vujicic dan Judy Siegle, jutaan orang diinspirasi oleh mereka. Bacalah kisah nyata tentang Joni Eareckson Tada, yang memberdayakan jutaan orang melalui pelayanan Joni and Friends. Tepatlah jika istilah disabled person (orang yang tak punya kemampuan) diganti dengan istilah differently-abled person(orang dengan kemampuan yang berbeda) atau disingkat diffable.

Entah itu cacat bawaan maupun akibat kecelakaan, sulit memahami maksud Allah mengizinkannya. Seperti Ayub, mereka tentu bertanya-tanya mengapa Allah membiarkan hal buruk menimpa. Walaupun tak paham, Ayub mengakui bahwa Allah berhak untuk bertindak menurut pertimbangan-Nya yang mahabijak (ayat 13). Adakalanya itu berarti memberikan kemenangan (ayat 16), adakalanya itu berarti mengizinkan kegagalan (ayat 17-25) Namun, Dia layak dihormati karena Dia Allah, bukan karena situasi yang dialami manusia.

Belajar dari Ayub, Joni bertekad bahwa sesulit apa pun hari-harinya sebagai penyandang cacat, ia akan selalu mengasihi Allah dan membuat Allah dihormati tiap orang yang berinteraksi dengannya. Di Hari Difabel Internasional ini, mari mendoakan para penyandang cacat agar memiliki perspektif dan sikap serupa. Jika kita mengenal beberapa di antara mereka, pikirkanlah tindakan praktis apa yang dapat kita lakukan untuk menjadi saluran kasih Kristus bagi mereka.—ELS 
DALAM HIKMAT ALLAH, SITUASI SULIT DIIZINKAN-NYA UNTUK MENYATAKAN KEMULIAAN-NYA.

Minggu, 02 Desember 2012

BERSIAP UNTUK HARI ISTIMEWA


Baca: Lukas 2:25-35


Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel ... Kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias ... (Lukas 2:25-26)

Bacaan Alkitab Setahun:
1 Korintus 12-14

Menantikan sesuatu mungkin membosankan bagi banyak orang. Tetapi tidak bagi pemerintah kotaLondon serta sekitar 10.000 atlet dari 204 negara peserta Olimpiade 2012. Sejak empat tahun silam kebanyakan atlet sudah mulai mempersiapkan diri dengan latihan-latihan serta pengaturan pola makan yang ketat. London sendiri melakukan berbagai pembenahan kota sejak masuk nominasi delapan tahun sebelumnya. Mereka menantikan sesuatu yang istimewa dan tak sehari pun mereka lalai memikirkannya.

Simeon dan Hana menantikan sesuatu yang jauh lebih istimewa: kedatangan Sang Mesias! Kedua orang ini tampaknya telah menanti sangat lama. Simeon sudah uzur dan tinggal menunggu ajal menjemput, sementara Hana sudah berusia 84 tahun (ayat 26, 29, 37). Bagaimana mereka melewati masa penantian yang panjang itu? Hana berpuasa dan berdoa siang dan malam (ayat 37). Simeon tampaknya telah banyak bertekun dalam firman dan doa sehingga ia sangat memahami banyak nubuat tentang Sang Mesias (ayat 25, 28-32).

Kedatangan Sang Mesias kini kita ingat dan syukuri tiap kali Natal menjelang, disertai pengharapan akan kedatangan-Nya yang kedua kali kelak. Kita menyebutnya Adven, bahasa Latin untuk kata kedatangan, yang dimulai empat minggu sebelum Natal. Apa yang kita lakukan dalam masa penantian ini? Sibuk berbelanja, mencari tambahan penghasilan, atau mengambil waktu lebih banyak untuk merenungkan makna kedatangan-Nya? Mari arahkan hati agar kita peka mendengar apa yang Dia ingin kita lakukan menjelang perayaan Natal tahun ini, juga menjelang kedatangan-Nya yang kedua kali.—JOE 
NANTIKANLAH KEDATANGAN TUHAN DENGAN HATI YANG PENUH HARAP AKAN DIA.

Kamis, 29 November 2012

MALU PADA INJIL?


Baca: Roma 1:8-17


Sebab aku tidak malu terhadap Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. (Roma 1:16)

Bacaan Alkitab Setahun:
1 Korintus 5-8

Perasaan berbeda dengan orang lain adakalanya membuat kita malu— termasuk dalam soal iman. Apakah Anda pernah mengalaminya? Saat masih kanak-kanak, setiap kali akan ke gereja hari Minggu, saya malu jika saya ditanya akan pergi ke mana oleh orang lain. Kami minoritas di tempat kami tinggal saat itu.

Jemaat abad pertama di Roma jelas tahu bagaimana rasanya menjadi minoritas. Mereka hanyalah komunitas baru yang kecil di tengah masyarakat Yunani dan Romawi yang sangat maju kebudayaannya. Dibenarkan karena iman terhadap Injil tentu terdengar sebagai sesuatu yang tidak masuk akal bagi kalangan terpelajar di Roma. Bisa saja iman jemaat yang tadinya menjadi berita publik jadi goyah, sehingga Paulus sangat ingin mengunjungi mereka untuk menguatkan iman mereka (ayat 11). Paulus menegaskan sikapnya, “... aku tidak malu terhadap Injil.” Mengapa? Sebab, di dalamnya terkandung kebenaran tentang kekuatan Allah yang menyelamatkan. Seperti utang yang harus dibayar, Paulus ingin agar semua orang, baik terpelajar atau tidak, memahami berita yang menyelamatkan ini (ayat 14). Dalam pasal-pasal selanjutnya, kita melihat bagaimana Paulus menjelaskan berita Injil dengan sangat detail. Kebenaran sejati tidak ditentukan oleh berapa orang yang memercayainya, tetapi dari siapa sumber kebenaran tersebut.

Adakah situasi-situasi yang membuat Anda malu menyatakan diri sebagai orang kristiani? Jika ya, periksalah kembali keyakinan Anda terhadap kebenaran Injil. Selidikilah kebenaran itu jika Anda memang belum yakin. Hanya jika keyakinan kita kokoh barulah kita bisa memberitakan Injil tanpa merasa malu.—YBP 
KEBENARAN SEJATI TIDAK DIBERITAKAN DENGAN RASA MALU.
KITA TERUS MAJU KARENA INGIN SEMUA ORANG TAHU.